“Penjual-penjual sapi juga kita sudah memberitahu untuk berhati-hati dan tidak memasukan sapi dari luar daerah,” tuturnya.
Sebagai informasi, penyakit LSD merupakan penyakit kulit berbenjol yang menular pada sapi dan kerbau disebabkan oleh Lumpy skin disease virus.
Penyakit ini ditandai dengan adanya nodul-nodul yang keras pada kulit di hampir seluruh bagian tubuh hewan.
Baca Juga LHKPN Tak Sesuai, Reihana Bakal Dipanggil Lagi Pekan Depan
Penularan penyakit itu dapat terjadi secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen, dan susu pada ternak.
Selain itu, penularan juga bisa terjadi secara intra-uterine atau melalui peralatan serta perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD, seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.
Sejarah LSD pertama kali ditemukan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa, dan Asia.
Baca Juga KPK Tetapkan Mantan Ditjen Pajak Jadi Tersangka Pencucian Uang
Pada tahun 2019, LSD dilaporkan di China dan India, serta setahun setelahnya menyebar di Nepal, Myanmar, dan Vietnam.
Pada tahun 2021, LSD juga dilaporkan di Thailand, Kamboja, serta Malaysia. Setahun kemudian, penyakit ini menyebar ke Indonesia. (Dwi Puja Arrahman)