Baca Juga Rahasia Petani Buah Bisa Panen Alpukat Tiap Hari, Ternyata Pakai Pupuk Ini
Jadi setelah anak kembar pertamanya, bayi-bayi itu terus lahir berdatangan. Pada saat usianya baru 23 tahun, Mariam memiliki 25 anak dan dengan rasa putus asa dan memohon bantuan dokternya untuk membantunya guna menghentikan memiliki anak lagi.
Tapi sayang sekali nasihat medis adalah dia harus tetap hamil karena jumlah indung telurnya sangat tinggi. Kehamilan terakhir Mariam pada tiga tahun lalu berakhir dengan tragedi ketika dia melahirkan anak kembar keenamnya.
Mariam menyambut anak ke-13 pada hari sebelum penguncian dimulai. Seorang bayi meninggal saat dia melahirkan, pada saat iru, suaminya sering pergi selama berminggu-minggu, dan pada akhirnya meninggalkannya untuk selamanya.
“Saya tumbuh dengan air mata, laki-laki saya sudah melewati saya melalui banyak penderitaan,” kata Mariam.
Baca Juga Pamer Kemaluan ke Para siswi, Pria 50 Tahun Ditangkap Polisi
“Seluruh waktu saya dihabiskan untuk merawat anak-anak saya dan bekerja untuk mendapatkan uang tanpa adanya seorang suami,” tambahnya.
Namun setelah kelahiran inilah sang ibu akhirnya mendapatkan bantuan medis yang dia butuhkan guna menghentikannya memiliki lebih banyak bayi.
Dr Charles Kiggundu, seorang ginekolog di Rumah Sakit Mulago di Kampala, Uganda, menjelaskan bahwa kasus Mariam adalah predisposisi genetik untuk hiper-ovulasi.
Kasus seperti Mariam ini melepaskan banyak telur dalam satu siklus, yang secara signifikan meningkatkan kemungkinan memiliki kelipatan dan elalu bersifat genetik. Mariam memenuhi kebutuhannya dengan cara bekerja sebagai penata rambut, dekorator acara dan mengumpulkan serta menjual besi tua.