Bechannel – Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali bercerita tentang keputusannya di awal pandemi Covid-19, di mana presiden RI waktu itu memutuskan agar Indonesia tidak menerapkan kebijakan lockdown atau mengunci satu kawasan agar virus tak menyebar. Padahal saat itu 80 persen menteri di kabinet sampai DPR meminta lockdown, seperti yang diterapkan di negara lain.
“Saya semedi 3 hari guna memutuskan apa ini, apakah kita harus lockdown atau tidak. Karena betul-betul sangat tidak mempunyai pengalaman semuanya mengenai ini,” kata Jokowi saat rakornas transisi penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional tahun 2023 di Jakarta pada Kamis (26/01/2023).
Baca Juga Cerita Viral Pria Asal Kalteng Kabur Selama 25 Tahun Gegara Takut Disunat
Pertapaan Soeharto
Semedi atau bertapa adalah hal yang identik dengan budaya Jawa. Tidak hanya Jokowi, Presiden ke-2 RI, Soeharto juga pernah melakukannya.
Dilansir Bechannel melalui berbagai sumber, Soeharto menjabat sebagai Presiden RI ke-2 sejak 1967. Kekuasaan itu tak dia dapat hanya sekedar karena peluang di dunia politik. Soeharto pun melakoni pertapaan untuk memuluskan keinginannya itu.
Dilansir Bechannel melalui artikel Dari Gua Semar, Wangsit itu Berasal, di Edisi Khusus Soeharto Majalah Tempo, (10/01/2008), dituliskan bahwa Soeharto setidaknya menjalani 10 pertapaan. Pertapaan dimulai dari Gua Jambe Lima, Gua Jambe Pitu, dan Gua Suci Rahayu di kawasan Gunung Selok, Cilacap, Jawa Tengah.
Baca Juga Pemkot Bandar Lampung Bantu Rehabilitasi 16 ODGJ Selama 2022
”Di Suci Rahayu itulah Soeharto melakukan penyucian awal,” ucap Rusmanto, juru kunci Gua Semar. Selama melakukan semadi, Soeharto ditemani juru kunci Darmaji, yang tak lain adalah paman dari Rusmanto.
Dari Gua Suci Rahayu, kemudian Soeharto bergeser ke Gunung Srandil, yang juga ada di Cilacap. Gunung di tepi pantai tersebut memang terkenal sebagai tempat khusus untuk ziarah.
Di lokasi itu dimakamkan para leluhur tanah Jawa, yakni Eyang Agung Heru Cokro, Eyang Sukmo Sejati, Eyang Kaki Tunggul Sabdo Jaati Doyo Amongrogo, Nini Dewi Tanjung Sekar Sari, dan Eyang Lalangbuono atau lebih dikenal sebagai Ismoyo Ratu.